Pakar Ungkap Dampak Duduk Lebih Dari 8 Jam Sehari, Solusinya Mudah Tapi Sering Diabaikan

Pakar Ungkap Dampak Duduk Terlalu Lama – Siapa sangka, aktivitas yang kelihatannya tidak berbahaya seperti duduk justru menjadi ancaman nyata bagi kesehatan tubuh kita. Para pakar kesehatan kini semakin vokal menyuarakan peringatan ini: duduk lebih dari 8 jam sehari tanpa aktivitas fisik yang cukup, sama buruknya dengan merokok satu bungkus sehari. Ya, Anda tidak salah baca. Duduk terlalu lama adalah gaya hidup pasif yang pelan-pelan menggerogoti kesehatan Anda dari dalam, tanpa gejala yang terasa signifikan di awal.

Dr. Andika Surya, spesialis kedokteran olahraga, menyebutkan bahwa tubuh manusia secara biologis tidak di desain untuk duduk dalam waktu lama. “Otot-otot besar di tubuh seperti paha, bokong, dan punggung membutuhkan gerakan untuk menjaga aliran darah dan metabolisme tetap aktif. Duduk terlalu lama membuat sistem tubuh melambat drastis, termasuk peredaran darah dan kerja jantung,” ungkapnya dalam sebuah wawancara di Jakarta.

Penjelasan Pakar Yang Ungkap Dampak Duduk Lebih Dari 8 Jam

Efek dari duduk terlalu lama tidak main-main. Sejumlah studi besar mengaitkan kebiasaan duduk dengan peningkatan risiko penyakit kronis seperti diabetes tipe 2, hipertensi, bahkan kanker kolorektal. Dan jangan salah, risiko itu tidak hanya menyerang mereka yang malas berolahraga. Orang yang rutin berolahraga pun tetap berisiko jika sepanjang hari kerjanya di habiskan duduk di depan layar.

Tak hanya tubuh yang jadi korbannya. Otak juga mengalami penurunan performa akibat kurangnya sirkulasi darah dan oksigen. “Konsentrasi menurun, mudah lelah, cepat stres itu semua adalah dampak langsung dari kurangnya aktivitas fisik akibat terlalu lama duduk,” ujar dr. Andika. Jika Anda merasa sering ‘blank’ saat kerja, bisa jadi penyebabnya bukan karena pekerjaan Anda terlalu berat, tapi karena Anda terlalu lama diam di kursi.

Baca Juga Berita Terbaik Lainnya Hanya Di infuseokc.com

Solusi Super Sederhana: Bangkit, Bergerak, Ulangi

Ironisnya, solusi untuk mencegah semua dampak mematikan itu sangatlah sederhana bangkit dari kursi dan bergerak setiap 30 menit. Namun, inilah bagian yang paling menyedihkan: kebanyakan orang tahu, tapi memilih mengabaikan.

“Yang kami temukan di lapangan adalah ketidaktahuan bukan masalah utamanya. Justru yang lebih mengkhawatirkan adalah sikap apatis,” kata dr. Andika. Ia menjelaskan bahwa banyak pekerja kantoran tahu pentingnya istirahat sejenak dari duduk, tapi merasa ‘tidak enak’ jika terlalu sering berdiri atau berjalan-jalan di kantor. Budaya kerja yang mengutamakan ‘duduk dan fokus’ justru mempercepat kerusakan tubuh.

Padahal, cukup berdiri dan berjalan kaki ringan selama 2–3 menit setiap setengah jam sudah bisa mengaktifkan kembali sistem metabolisme tubuh. Bahkan berdiri saja tanpa berjalan sudah jauh lebih baik daripada terus duduk. Dr. Andika menambahkan bahwa perubahan kecil seperti menggunakan meja berdiri (standing desk), berjalan saat menerima telepon, atau sekadar melakukan peregangan ringan bisa membuat perbedaan besar dalam jangka panjang.

Peringatan Keras: Jangan Tunggu Sampai Terlambat

Masalahnya, kerusakan akibat duduk terlalu lama tidak langsung terasa. Ini yang membuatnya lebih berbahaya. “Ketika tubuh mulai mengirim sinyal lewat nyeri punggung, kesemutan, atau sulit tidur, artinya kerusakan sudah cukup parah,” jelas dr. Andika. Namun kebanyakan orang baru sadar saat mereka mulai mengeluhkan keluhan fisik yang kronis, padahal sinyal-sinyal awal sudah sering muncul tapi di abaikan.

Mereka yang terbiasa duduk 10 jam atau lebih sehari berisiko 40% lebih tinggi mengalami kematian dini di bandingkan mereka yang lebih aktif. Dan angka itu tidak bisa di tepis hanya dengan berolahraga satu jam di gym. Aktivitas fisik harian dalam bentuk kecil tapi konsisten adalah kuncinya. Bukan olahraga berat sesekali, tapi gerakan ringan yang sering dan teratur.

Ketika Kenyamanan Berubah Jadi Kutukan

Dalam dunia modern, kenyamanan sering kali jadi jebakan. Kursi empuk, layar besar, dan semua fasilitas yang mendukung produktivitas ternyata menyimpan bahaya tersembunyi. Kita merasa ‘bekerja keras’, padahal secara fisik kita justru stagnan. Ironisnya, tubuh yang jarang di gerakkan akan membalas perlakuan itu dengan berbagai penyakit degeneratif yang sulit di sembuhkan.

Anda tidak harus jadi atlet. Anda hanya perlu lebih sadar bahwa tubuh ini butuh gerak untuk tetap hidup. Solusinya ada di depan mata, bahkan mungkin cuma sejauh satu langkah dari kursi Anda sekarang. Tapi apakah Anda akan memilih untuk bangkit atau menunggu sampai tubuh Anda tak lagi bisa bergerak sendiri?